PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KARAT TUMOR PADA TANAMAN SENGON LAUT

       

             Tanaman sengon adalah tanaman industri yang cukup menggiurkan keuntungannya, akan tetapi tanaman sengon ini juga tak luput dari serangan hama dan penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman sengon harus cepat dan tepat dilakukan, agar tanaman sengon tumbuh optimal dan terhindar dari hama dan penyakit yang menghambat pertumbuhan tanaman bahkan menyebabkan kematian.

 Upaya pencegahan  dan pengendalian penyakit karat puru pada tanaman sengon dapat dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:


 1.  Pra Epidemi

Upaya pencegahan pra epidemi dapat dilakukan dengan cara promotif yang meliputi sosialisasi/diseminasi, penyuluhan cara-cara pencegahan, serta tindakan preventif dengan menghidari pola tanam monokultur termasuk dalam pengembangan Hutan Rakyat.

Tindakan preventif terhadap infeksi jamur penyebab karat puru meliputi kegiatan sillvikultur antara lain dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan yang tepat, pemangkasan, pengendalian gulma secara selektif, dan menggunakan pola tanam multikultur. Pola tanam multikultur pada hutan rakyat sengon ini dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman jenis mimba yang diketahui dapat mengendalikan penyebaran vektor karat puru.

 2. Epidemi 

Pengendalian epidemi dapat dilakukan melalui eradikasi yaitu dengan menebang pohon yang berpenyakit; isolasi yaitu dengan penjarangan pohon; dan terapi yaitu dengan pengobatan pohon yang terinfeksi.

Pengendalian penyakit karat puru melalui pengobatan pada pohon yang terinfeksi dapat dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menghilangkan puru pada pohon yang terserang. Puru yang menempel pada batang, dahan, ranting dan daun pohon yang terinfeksi diambil, dikumpulkan dan dikubur dalam tanah agar tidak menular. Setelah puru dihilangkan batang pohon yang terinfeksi dilabur dan disemprot dengan bahan sebagai berikut :

  1. Kapur  1 kg dilarutkan dalam air  5 - 10 liter.
  2. Belerang 1 kg dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
  3. Kapur dicampur dengan belerang dengan perbandingan1:1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
  4. Kapur dicampur dengan garam dengan perbandingan10:1 dilarutkan dalam air  5 - 10 liter.
  5. Belerang dicampur garam dengan perbandingan 10 : 1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter .

Catatan     :

  • Larutan dapat digunakan untuk 50 pohon yang terinfeksi.
  • Bahan-bahan untuk larutan labur lebih pekat dibandingkan dengan untuk semprot.
  • Larutan disaring terlebih dahulu sebelum dilakukan penyemprotan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode tersebut dapat menekan pertumbuhan karat puru dengan prosentase keberhasilan sebagai berikut :

  •  Perlakuan belerang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar  91,73%
  •  Perlakuan kapur dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 94,32%
  •  Perlakuan kapur : belerang (1:1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar sebesar 96,06%.
  •  Perlakuan belerang : garam (10 : 1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 93,45%.
  •  Perlakuan kapur : garam (10 : 1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67.

 3.  Pasca Epidemi

Pengendalian penyakit karat puru pada sengon juga dapat dilakukan dengan pasca epidemi yaitu dengan cara rehabilitasi dan rotasi tanaman pada lahan yang sama, pemuliaan pohon (benih, bibit unggul tahan penyakit), dan konversi jenis tanaman.

Penyakit karat puru yang menyerang pohon sengon merupakan penyakit yang harus segera diatasi karena dapat menyebabkan kematian pohon yang tentunya dapat berpengaruh pada volume produksi hutan tanaman sengon. Selain itu penyakit karat puru yang tidak sampai menyebabkan kematian pohon, dapat mengurangi kualitas kayu sehingga mengurangi nilai ekonomisnya. Menurunya produksi kayu sengon dapat berdampak pada industri perkayuan yang berbasis pada sengon. Dengan diketahuinya teknik pengendalian penyakit ini diharapkan dapat mengurangi tingkat kematian pohon dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan nilai pendapatan petani dan pengembang hutan rakyat sengo


 

PENGENDALIAN KARAT PURU

DI TINGKAT PERSEMAIAN

  1. Biji albasia yang akan ditanam harus diketahui dengan jelas asal-usulnya, dipastikan dari pohon penghasil biji yang sehat, karena jamur dapat terbawa pada biji yang telah terinfeksi di tempat asalnya.
  2. Seleksi biji yang sehat dan memiliki kenampakan baik perlu dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit karat tumor pada semai. Penyemprotan dengan fungisida protektan pada biji harus dilakukan tiap 6 hari sekali (di dalam sel inang jamur karat akan memproduksi spora baru tiap 7 hari setelah infeksi ), sampai semai akan siap ditanam di lapangan.
  3. Semai yang menunjukan gejala harus diseleksi dan di singkirkan dari persemaian,dikumpulkan dalam lubang dan di timbun dalam tanah.
  4. Untuk menghindari resiko besar kerusakan oleh semai jamur karat, persemaian hendaknya dibuat di dataran rendah, terutama di bawah 300 m dpl dan tempat terbuka.
  5. Semai yang kuat pada umumnya akan memiliki ketahanan yang  lebih tinggi terhadap serangan jamur karat tumor. Dengan demikian, standar pembuatan semai yang berkualitas dan bagus perlu ditarapakan.
  6. Semai yang sehat dan kuat merupakan salah satu kunci utama penunjang keberhasilan pertumbuhan tanaman albsia yang baik, pengawasan kesehatan semai yang harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan terdidik.
  7. Penggunan benih albsia yang telah diketahui tahan atau relative tahan terhadap penyakit karat tumor sangat dianjurkan.
  8. Mengingat gejala awal penyebab penyakit karat tumor di persemaian kadang tidak jelas dan secara sepintas hampir sama dengan tanaman sehat, maka tenaga yang terlibat dengan pembuatan semai perlu mendapatkan pelatihan khusus untuk mengenali gejala penyakit karat dan tumor tersebut.
  9. Sisa semai albasia yang tidak lagi digunakan di persemaian, sebaikanya dibuang dan di timbun di dalam tanah agar tidak menjadi inang bagi jamur karat dan sumber inomulum yang membahayakan bagi semai yang akan di usahakan pada berikutnya.
  10. Perlindungan semai sejak mulai diletakan di persamaian dengan penyemprotan menggunakan fungisida kontak yang kombinsai dengan fungisida sistematik yang sesuai sangat dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi dan terjadinya karat tumor.
 
 

PADA TANAMAN MUDA SEBELUM UMUR 1 TAHUN

  1. Tanaman muda yang telah menunjukan gejala karat tumor pada tingkat awal dan masih berpotensi untuk tumbuh denganbaik perlu segera dirawat. Penyemprotan dengan fungisida tyang sesuia terutama saat cuaca mendung namun tidak hujan, sdangst dianjurkan. Penyemprotan dapat dilakukan satu minggu sekali selama satu bulan. Setelah itu, intensitas penyemprotan dijarangkan menjadi dua minggu sekali selama dua bulan.
  2. Pemupukan dengan pupuk NPK perlu dilakukan untuk meningkatkan kekokohan tanaman. Namun proporsi unsur N (nitrogen) sebaiknya diturunkan, sedangkan proporsi unsur K (kalium) ditingkatkan, karena jamur karat merupakan parasit obligat, maka perkembangannya jamur akan intensif pada tanaman yang tumbuh subur. Pupuk N yang tinggi menyebabkan tanaman tumbuh cepat, sehingga lebih rentan terhadap serangan jamur karat. Sedangkan pupuk K, dapat berfungsi untuk meningkatkan kekerasan dan kerapatan sel-sel tanaman sehingga relatif akan lebih toleran terhadap infeksi oleh jamur karat.
  3. Tanaman muda yang menunjukan gejala karat tumor lanjut dan batangnya memiliki kenampakan yang tidak baik serta tidak prospektif, perlu segera dicabut, disingkirkan dari lapangan, dimasukan dalam lubang dan di timbun dalam tanah.
  4. Dilapangan, pembakaran tumor yang masih berwarna coklat segar dan spora yang masih aktif di permukanaanya, sangat tidak dibenarkan karena justru dapat menyebarkan spora aktif tersebut ke sekitaranya. Namun, pembakaran tanaman albasia yang telah kering dengan tumor berwarna hitam dan telah dikumpulkan ke dalam lubang tanah, dapat dibenarkan.
  5. Secara umum pembakaran tanaman, bagian tanaman, ataupun tumor pada saat masih berada pada tanaman dilapangan, tanpa mengumpulkan terlebih dahulu kedalam lubang tanah, tidak dibenarakan. Adanya sedikit angain yang dipicu oleh api, sangat berperan dalam menyebarkan spora jamur karat, disamping juga dapat membahyakan tanaman disekitarnya.
  6. Penanaman alabsia baru hendaknya dilakukuan di lokasi dibawah 300 m dpl menggunakan bibit yang kuat, dilokasi yang tidak lembab dan terbuka. Pada hari pertama semai dipindahkan dilapangan, perlu dilakukan penyemprotan dengan fungisida protektan. Penyermprotan dilakukan 5-6 hari sekali selama 1 bulan, dilanjutkan 2 minggu sekali selama 1 bulan sekali selama 6 bulan. Bagian yang disemprot diutamakan pada bagian pucuk yang jaringanya masih muda dan mudah terinfeksi oleh jamur karat penyebab penyakit  karat tumor.
  7. Monitoring secara intensif pada tanaman muda untuk segera menghilangkan inokulum jamur di lapangan agar tidak menyebar dan berkembang, perlu dilakukan secara serius. Petugas monitoring ataupun petani, perlu mendapatkan pelatihan khusus untuk mengenali dan menghilangkan inokulum di lapangan, agar hasilnya dapat optimal.

 

PADA TANAMAN TUA

  1. Penjarangan tanaman perlu dilakukan antara lain untuk meningkatakan jumlah sinar matahari yang masuk dan mengurangi kelembaban, sehingga mengurangi resiko serangan karat tumor. Penjarangan diprioritaskan untuk mengeluarkan tanaman yang pertumbuhanya kurang baik, tertekan atau telah menunjukan gejala karat tumor pada tingkat lanjut.
  2. Pemangkasan cabang (pruning) untuk menghilangkan karat tumor hanya efektif dilakukan apabila gejala terletak pada cabang atau ranting. Teknik pemotongan bagian tanaman yang terkena serangan jamur karat tumor harus dilakukan secara tepat. Teknik yang tidak tepat, seperti misalnya hanya mengupas tumor dari cabang atau batang tanaman saja, justru akan menimbulkan infeksi yang berulang dan memperparah tingkat serangan berikutnya.
  3. Tumor pada tanaman dewasa  umumnya berada pada cabang, ranting dan batang. Apabila letak tumor masih rendah dan mampu dijangkau oleh galah, maka pemangkasan cabnag dengan alat bantu ini dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah tumor di lapangan. Kegiatan disarankan hanya dilakukan pada pohon yang masih prospektif pertumbuhanya. Sedangkan pada pohon yang pertumbuhanya jelek dan tidak memiliki nilai ekonomis lagi, penebnagn sangan dianjaurkan.
  4. Tumor pada bagian batang tanaman dewasa, terutama pada bagian atas, dapat menyebabkan batang tanaman mudah patah, terutama apabila terjadi hujan lebat dengan angin kencang. Dengan demikian, tanaman dewasa yang batangnya ditumbuhi dengan tumor yang intensif sebaiknya ditebnag. Kemungkinan besar telah laku dijual. Adapun bagian yang mengandung tumor dipotong dan ditimbun dalam tanah.
  5. Tanaman dewasa di lapangan yang telah menunjukan gejala lanjut, sehingga seluruh tanaman kering dan menghitam, harus segera ditebang dan dimusnahkan. Tanaman seperti ini selain secara estetika tidak baik untuk pemandangan juga mungkin berpotensi mengundang hama atau penyakit sekuder lain yang memanfaatkan tanaman yang telah mati tersebut. Pembakaran tanaman yang telah kering dan menghitam sangat dianjurkan, karena tanaman ini sudah tidak mengandung spora aktif. Dengan demikian, penyebaran spora yang tidak aktif relative tidak membahayakan lingkungan dan tanaman di sekitarnya.

 

Komentar